Kemajuan Teknologi Bikin Daya Juang Mahasiswa Rendah
Rabu, 20 Maret 2013 17:07 wib
Foto: dok. Okezone
JAKARTA - Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) memang beragam manfaat. Namun, sadarkah kita jika berbagai kemudahan yang diperoleh justru menimbulkan gap antara pihak industri dan lulusan perguruan tinggi?
HC Analyst Recruitment & Career Develompent Division Astra International Puti Larasati mengungkap, di setiap angkatan lulusan perguruan tinggi akan selalu ada gap. Apalagi dengan makin canggihnya teknologi.
"Gap pasti ada. Bahkan dari zaman saya lulus ke angkatan sekarang pasti ada. Di tiap angkatan tentu ada baik buruknya. Namun, kebutuhan kami memiliki standar yang tetap," kata Puti, kepada Okezone,di sela Binus Online Job Expo, di Kampus Binus, Jakarta Barat, Rabu (20/3/2013).
Menurut Puti, kemudahan yang diperoleh para mahasiswa membuat mereka malas untuk berjuang. Sehingga, mereka cenderung mudah puas dan tidak mau berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu.
"Selain itu, mereka juga over value yang menyebabkan timbulnya high profile pada diri mereka. Mereka memiliki ekspektasi luar biasa tapi lupa mengukur diri. Lupa feedback dari dunia industri," ungkapnya.
Demikian juga dengan kemampuan komunikasi antarpribadi. Puti menyebut, banyak anak muda saat ini yang memiliki teman atau follower yang banyak dalam akun jejaring sosial. Padahal, hal tersebut bukanlah tolok ukur kualitas interpersonal skill dari seseorang.
"Teman atau follower yang banyak belum tentu menunjukkan interpersonal skillnya bagus. Banyak orang yang teman atau followernya sampai ribuan ternyata yang benar-benar kenal hanya separuh. Jadi komunikasi dengan yang jauh justru baik tapi dengan yang dekat justru buruk," jelas Puti.
Namun, tambahnya, lulusan saat ini pun memiliki kelebihan. Salah satunya adalah daya kreativitas yang luar biasa. Bahkan, demi mewujudkan kreativitas tersebut mereka tidak malu dengan omongan miring dari sekitar.
Puti menambahkan, untuk mengatasi gap antara industri dan lulusan perguruan tinggi, pihaknya pun menggelar kegiatan Astra Goes to Campus. Kegiatan tersebut berupa sharing antara kebutuhan pihak industri terhadap para lulusan perguruan tinggi.
"Kami berikan gambaran secara umum. Apakah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), gelar, maupun masa kuliah 3,5 tahun sudah cukup untuk dapat meraih pekerjaan di tingginya persaingan saat ini," imbuhnya.(rfa)
HC Analyst Recruitment & Career Develompent Division Astra International Puti Larasati mengungkap, di setiap angkatan lulusan perguruan tinggi akan selalu ada gap. Apalagi dengan makin canggihnya teknologi.
"Gap pasti ada. Bahkan dari zaman saya lulus ke angkatan sekarang pasti ada. Di tiap angkatan tentu ada baik buruknya. Namun, kebutuhan kami memiliki standar yang tetap," kata Puti, kepada Okezone,di sela Binus Online Job Expo, di Kampus Binus, Jakarta Barat, Rabu (20/3/2013).
Menurut Puti, kemudahan yang diperoleh para mahasiswa membuat mereka malas untuk berjuang. Sehingga, mereka cenderung mudah puas dan tidak mau berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu.
"Selain itu, mereka juga over value yang menyebabkan timbulnya high profile pada diri mereka. Mereka memiliki ekspektasi luar biasa tapi lupa mengukur diri. Lupa feedback dari dunia industri," ungkapnya.
Demikian juga dengan kemampuan komunikasi antarpribadi. Puti menyebut, banyak anak muda saat ini yang memiliki teman atau follower yang banyak dalam akun jejaring sosial. Padahal, hal tersebut bukanlah tolok ukur kualitas interpersonal skill dari seseorang.
"Teman atau follower yang banyak belum tentu menunjukkan interpersonal skillnya bagus. Banyak orang yang teman atau followernya sampai ribuan ternyata yang benar-benar kenal hanya separuh. Jadi komunikasi dengan yang jauh justru baik tapi dengan yang dekat justru buruk," jelas Puti.
Namun, tambahnya, lulusan saat ini pun memiliki kelebihan. Salah satunya adalah daya kreativitas yang luar biasa. Bahkan, demi mewujudkan kreativitas tersebut mereka tidak malu dengan omongan miring dari sekitar.
Puti menambahkan, untuk mengatasi gap antara industri dan lulusan perguruan tinggi, pihaknya pun menggelar kegiatan Astra Goes to Campus. Kegiatan tersebut berupa sharing antara kebutuhan pihak industri terhadap para lulusan perguruan tinggi.
"Kami berikan gambaran secara umum. Apakah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), gelar, maupun masa kuliah 3,5 tahun sudah cukup untuk dapat meraih pekerjaan di tingginya persaingan saat ini," imbuhnya.(rfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar